Edukasi Lingkungan: Membuat Lubang Biopori sebagai Upaya Konservasi Air di SMPN 2 Sutojayan
SMPN 2 Sutojayan menjadikan Edukasi Lingkungan sebagai mata pelajaran praktik dengan meluncurkan proyek pembuatan lubang biopori massal. Inisiatif ini bertujuan ganda: mengatasi masalah genangan air dan mengajarkan siswa secara langsung tentang pentingnya konservasi air tanah yang semakin langka.
Program ini menekankan aspek ilmiah di balik biopori. Siswa belajar bahwa Lubang Biopori berfungsi sebagai pori-pori resapan yang mempercepat peresapan air hujan ke dalam tanah, mengisi kembali cadangan air bawah tanah yang esensial untuk ekosistem dan kebutuhan masyarakat.
Setiap siswa dibekali dengan modul Edukasi Lingkungan yang berisi panduan teknis pembuatan lubang biopori, mulai dari pemilihan lokasi yang tepat, cara penggalian yang aman, hingga metode pengisian sampah organik yang benar agar berfungsi optimal.
Langkah inovatif dari proyek ini adalah pengawasan digital. Siswa mencatat lokasi dan status setiap lubang biopori menggunakan aplikasi sederhana, menciptakan peta resapan air digital di lingkungan sekolah. Data ini digunakan untuk memantau efektivitas konservasi.
Edukasi Lingkungan ini juga terintegrasi dalam pengelolaan sampah. Sampah organik yang dikumpulkan di sekolah, seperti sisa makanan kantin dan daun kering, digunakan sebagai bahan pengisi biopori. Proses ini mengubah limbah menjadi sumber daya yang berharga.
Kepala sekolah menyatakan bahwa proyek ini adalah pelajaran hidup. Dengan tangan sendiri membuat biopori, siswa merasakan dampak langsung kontribusi mereka terhadap lingkungan. Edukasi Lingkungan ini menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepedulian yang mendalam terhadap alam.
Setiap kelas ditugaskan merawat satu kelompok biopori. Siswa secara rutin memeriksa dan mengisi ulang lubang dengan sampah organik baru. Pemeliharaan yang konsisten ini sangat penting agar fungsi biopori sebagai jalur infiltrasi dan tempat pengomposan tetap berjalan.
Dampak positif program ini sangat terasa, terutama saat musim hujan. Area sekolah yang sebelumnya sering tergenang kini lebih cepat kering, secara efektif mengurangi potensi kerusakan infrastruktur dan risiko penyebaran penyakit yang dibawa oleh genangan air.
Sekolah berencana mengadakan lomba “Biopori Terbaik” antar kelas, menilai dari kedalaman, kerapian, dan kualitas kompos yang dihasilkan. Kompetisi ini mendorong kreativitas dan standar kerja yang tinggi dalam praktik konservasi lingkungan.
